Uji Signifikansi Model
Regresi Data Panel
Gujarati
(2003) menjelaskan bahwa terdapat 2 (dua) cara dalam pemilihan model regresi
terbaik, yaitu secara informal dan secara formal. Penjelasanya sebagai berikut:
Pemilihan model secara informal
Gujarati
(2003, hal. 650) mengemukakan 4 (empat) cara melakukan pemilihan model secara
informal, yaitu:
1.
Jika T (jumlah data time series) besar dan N
(jumlah unit cross section) kecil,
ada kemungkinan terdapat sedikit perbedaan nilai-nilai parameter yang
diestimasi oleh model fixed effects
dan model random effects. Oleh karena
itu, pilihan di sini didasarkan pada kenyamanan komputasi. Pada point ini,
model fixed effects lebih baik.
2.
Ketika N besar dan T kecil, estimasi yang diperoleh oleh kedua metode dapat berbeda
secara signifikan. Perlu diingat bahwa dalam model random effects β1i = β1 + ui, di
mana ui adalah komponen random cross
sectional, sedangkan pada model fixed
effects β1i diperlakukan tetap dan tidak acak. Inferensia yang
akan dilakukan tergantung pada unit cross
section. Jika unit cross section
dianggap tetap maka model fixed effects
lebih tepat digunakan dalam estimasi. Namun, jika unit cross section dianggap acak maka model random effects lebih tepat digunakan dalam estimasi.
3.
Jika komponen error individu ui dan satu
atau lebih regressor berkorelasi,
maka estimator REM akan bias, sedangkan FEM tidak bias sehingga model fixed effects lebih baik digunakan.
4.
Jika N besar dan T kecil, dan jika asumsi yang mendasari model random effects terpenuhi, maka estimator REM lebih efisien daripada
estimator FEM.
Pemilihan model secara formal
Baltagi
(2005) dan Grene (2003) menjelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) uji untuk melakukan
pemilihan model secara formal, yaitu uji F untuk signifikansi model fixed effects, uji Lagrange Multiplier (uji LM) untuk signifikansi model random effects, dan uji Hausman untuk
membandingkan antara model fixed effects
dan model random effects.
Penjelasanya adalah sebagai berikut:
a.
Uji
F untuk Pengujian Signifikansi Model Fixed
Effect
Pengujian
signifikansi dilakukan dengan uji Chow (Chow
test) atau Restricted F-test. Uji F digunakan untuk mengetahui
apakah model fixed effects lebih baik
dari model common effect dengan
melihat Residual Sum of Square (RSS) kedua model, dengan kata lain, uji
ini untuk menentukan perlu tidaknya penggunan variabel dummy dan penambahan variabel (menyebabkan turunnya RSS turun atau tidak). Hipotesis null
dalam pengujian ini menyatakan bahwa intersep sama untuk setiap individu cross section. Hipotesis uji Chow adalah
sebagai berikut:
H0 :
α1= α2=…= αN (Model comomon effects lebih baik daripada fixed effects)
H1
: αi ≠ αj, i ≠ j (Model fixed effects lebih baik daripada common effects)
Statistik uji F yang digunakan:
(32)
di mana N adalah jumlah individu, T adalah jumlah periode, K
adalah jumlah variabel penjelas dalam model, RSS1 adalah Residual
Sum of Squares model common effects,
dan RSS2 adalah Residual Sum of Squares model fixed effects.
Nilai
statistik F-hitung mengikuti
distribusi statistik F dengan derajat
bebas(v1) sebanyak N-1 dan
(v2) sebanyak NT-N-K. Jika
nilai statistik F-hitung lebih besar
daripada F-tabel pada tingkat
signifikansi tertentu, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti asumsi
koefisien intersep dan slope adalah sama tidak berlaku, sehingga model regresi
data panel dengan fixed effects lebih
baik dari model common effects
(Baltagi, 2005, hal. 298 dan Greene, 2003, hal. 289).
b.
Uji Lagrange Multiplier (LM Test) untuk
Pengujian Signifikansi Model Random Effects
Untuk mengetahui apakah model random effects
lebih baik dari model common effects, dapat digunakan uji Langrange
Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Metode ini didasarkan
pada nilai residual dari metode common effects. Hipotesis null
yang digunakan adalah bahwa intersep bukan merupakan variabel random
atau stokastik, yaitu sebagai berikut:
H0
: σu2 = 0 (Model common
effects lebih baik daripada random
effects)
H1
: σu2 ≠ 0 (Model random
effects lebih baik daripada common
effects)
Statistik
uji LM dihitung dengan formula sebagai berikut:
(33)
di mana N
adalah jumlah individu T adalah
jumlah periode waktu eit adalah residual metode common effects.
Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-square
dengan derajat bebas sebesar satu. Jika hasil LM statistik lebih besar dari
nilai chi-square tabel, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti
estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah metode random effects
lebih baik daripada metode common effects (Baltagi, 2005, hal. 309 dan
Greene, 2003, hal. 299).
c.
Uji
Hausman ( Fixed Effects VS Random Effects)
Hausman (1978) memaparkan suatu model untuk menentukan model yang
sesuai antara fixed effects dan random effects, yang kemudian
metode tersebut dikenal dengan Hausman test. Pengujian ini dilakukan
terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regressor dan efek
individu. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : E(wit | Xit) = 0 (Model random
effects lebih baik daripada fixed effects)
H0 : E(wit | Xit) ≠ 0 (Model fixed
effects lebih baik daripada random effects)
Unsur penting dalam metode pemilihan
ini adalah matriks covariance dari perbedaan vektor
(34)
Keterangan:
= Estimator efisien yang dihasilkan dari
metode OLS
= Estimator inefisien yang dihasilka dari
metode GLS
Hasil uji Hausman adalah bahwa perbedaan covariance dari
estimator yang efisiensi dengan estimator yang tidak efisien adalah nol,
sehingga:
(35)
(36)
Kemudian
dengan melakukan substitusi persamaan (35) ke persamaan (36) maka akan
dihasilkan matriks covariance berikut:
(37)
Selanjutnya
mengikuti kriteria Wald di mana nilai statistik Hausman akan mengikuti
distribusi chi-square, sebagai berikut (Greene, 2003, hal. 302):
(38)
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi chi-square dengan
derajat bebas (K). Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai
kritis statistik chi-square, maka hipotesis null (H0) ditolak
dan dapat disimpulkan bahwa fixed effects model
lebih baik dari random effects model
(Baltagi, 2005, hal. 310 dan Greene, 2003, hal. 302).
Selanjutnya,
dari model estimasi regresi data terpilih, akan dilakukan pengujian untuk
memilih estimator dengan struktur variance-covariance
dari residual yang lebih baik. Namun, jika terpilih model random effects, maka pengujian untuk memilih struktur variance-covariance tidak dilakukan.
Pemilihan
Estimator dengan Struktur Variance-Covariance
Residual
Di dalam model regresi data panel, asumsi yang
menyatakan bahwa gangguan (error) selalu dinyatakan bersifat
homoskedastisitas dan serially uncorrelated sehingga penggunaan metode
OLS akan menghasilkan penduga yang bersifat Best Linier Unbiased Estimator
(BLUE), tidak dapat diterapkan. Hal ini dikarenakan, menurut Pyndick and
Rubinfield (1991, hal. 223-224), metode
data panel disusun berdasarkan beberapa individu dalam beberapa periode,
sehingga jika asumsi klasik diterapkan akan membawa masalah dalam gangguan (disturbances/error
terms). Gangguan tersebut (disturbance/ error terms) akan menjadi 3
(tiga) macam, yaitu gangguan antarwaktu (time series related disturbances),
antarindividu (cross section disturbance), dan gabungan gangguan
keduanya.
Greene (2003, hal. 284) menyatakan bahwa terdapat
fleksibilitas penerapan asumsi klasik dalam regresi data panel, seperti dalam
penerapan asumsi homoskedastisitas. Jika dalam model regresi klasik asumsi ini
harus diperbaiki, namun dalam model regresi data panel asumsi ini digunakan
untuk penentuan estimator terbaik sesuai struktur variance covariance
residual. Greene (2003) menambahkan bahwa terdapat beberapa metode yang
sesuai dengan asumsi pada struktur variance-covariance residual, yaitu:
asumsi struktur homoskedastisitas dan tidak ada cross sectional correlation,
asumsi struktur heteroskedastisitas dan tidak ada cross sectional correlation,
asumsi heteroskedastisitas dan ada cross sectional (Seemingly
Unrelated Regression/SUR) dan asumsi struktur autokorelasi antar waktu pada
error term.
Pemilihan Estimator Struktur
Homoskedastisitas atau Heteroskedastisitas dengan Uji Lagrange Multiplier (LM Test)
Struktur varians-covariance residual yang
bersifat homoskedastisitas dalam regresi klasik diasumsikan bahwa:
;
;
; i ≠ j atau t ≠ s
Dalam
bentuk matriks dapat dituliskan sebagai berikut:
(39)
Untuk struktur seperti ini, metode estimasi yang digunakan adalah Ordinary
Least Square dan untuk menguji asumsi homoskedastisitas maka dilakukan dengan
uji Lagrange Multiplier (LM test) pada struktur variance-covariance
residual. Hipotesis null (H0) yang digunakan dalam pengujian
ini adalah struktur variance-covariance bersifat homoskedastisitas
dan hipotesis alternatifnya (H1) adalah variance-covariance
bersifat heteroskedastisitas. Statistik uji yang digunakan adalah sebagai
berikut (Greene, 2003, hal. 328):
(40)
di mana T
adalah jumlah periode, N
adalah jumlah individu,
adalah variance residual persamaan ke-
pada kondisi
homoskedastisitas,
adalah sum square residual/error
persamaan sistem pada kondisi homoskedastisitas.
Statistik uji LM mengikuti distribusi chi-square
dengan derajat bebas N-1. Jika nilai statistik LM yang dihasilkan lebih
besar dari nilai chi-square tabel, maka hipotesis null akan ditolak,
yang artinya struktur variance-covariance residual bersifat
heteroskedastisitas. Pelanggaran asumsi homoskedastisitas menyebabkan
penggunaan OLS menjadi tidak efisien lagi. Oleh karena itu, metode estimasi
yang digunakan untuk struktur variance-covariance residual yang bersifat
heteroskedastisitas adalah Weighted Least Square (WLS).
Pemilihan Estimator Struktur
Heteroskedastisitas dan Tidak Ada Cross-Sectional
Correlation atau Seemingly Unrelated
Regression (SUR) dengan uji Likelihood Ratio (LR test)
Struktur variance-covariance yang bersifat
heteroskedastisitas dan tidak ada cross setional correlation adalah
sebagai berikut:
(41)
Untuk struktur
seperti ini, metode estimasi yang digunakan adalah Generalized Least Square
(GLS)/Weighted Least Square (WLS) cross sectional Weigth.
Sedangkan untuk
struktur variance-covariance residual yang bersifat heteroskedastisitas
dan ada cross sectional correlation adalah sebagai berikut:
(42)
Untuk struktur seperti ini, metode estimasi yang
digunakan adalah Feasible Generalized Least Square (FGLS)/ Seemingly
Unrelated Regression (SUR)/ SUR weight atau Maximum Likelihood
Estimator (MLE). Syarat yang perlu dipenuhi adalah jika time series
lebih banyak daripada banyaknya cross section (T > N).
Pengujian ini merupakan kelanjutan dari uji LM
apabila hasil uji LM menunjukkan struktur variance-covariance residual
bersifat heteroskedastisitas. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: off diagonal dari ∑ = 0
H1: off diagonal dari ∑ ≠
0
Penghitungan nilai statistiknya didasarkan pada
formula:
(43)
di mana T
adalah jumlah periode (time
series), N adalah jumlah individu (cross section),
residual correlation coefficient antara
persamaan ke-i dan ke-j.
Statistik uji mengikuti distribusi chi-square
dengan derajat bebas
. Jika nilai
lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square,
maka hipotesis null akan ditolak, yang artinya struktur variance-covariance
residual bersifat heteroskedastisitas dan ada cross sectional
correlation (Seemingly Unrelated Regression/SUR) (Greene, 2003, hal.
350). Untuk mengakomodir masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi digunakan
metode Feasible Generalized Least Square (FGLS) dengan cross
sectional SUR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar