Pengujian Keberartian Model
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah model regresi yang diperoleh merupakan model yang tepat untuk
menggambarkan hubungan antarvariabel dan apakah ada hubungan antara variabel penjelas
dengan variabel tak penjelas. Berikut penjelasan secara statistik mengenai
pengujian keberartian suatu model:
1.
Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Neter, et al (1989, hal.
241), koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi keragaman total
dari nilai observasi Y di sekitar rataannya, yang dapat diterangkan oleh garis
regresinya atau variabel penjelas yang digunakan atau besarnya persentase
variasi variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh variabel penjelas. Besaran R2 dihitung dengan rumus:
(66)
Nilai R2 berada pada interval nol sampai satu, semakin
mendekati satu berarti model regresi yang digunakan semakin tepat/baik.
Perlu diketahui bahwa dalam
regresi, meningkatnya nilai koefisien determinasi sangat dipengaruhi oleh
bertambahnya jumlah variabel bebas sehingga dibutuhkan penyesuaian agar efek
dari penambahan variabel dapat hilang atau tidak berpengaruh terhadap koefisien
determinasi. Adapun rumus dari koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R2) adalah:
(67)
di mana SSE adalah jumlah kuadrat
yang dijelaskan, SSR adalah
jumlah kuadrat residual, SST adalah
jumlah kuadrat total, N adalah jumlah individu, T adalah jumlah periode, dan K adalah banyaknya variabel penjelas tanpa
intersep.
2.
Uji koefisien regresi secara
simultan (uji F)
Menurut Neter, et al (1989, hal.
240), uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel penjelas secara
bersama-sama (simultan) signifikan memengaruhi variabel dependen. Hipotesis yang
digunakan dalam pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0
: β1 = β2 = ... =
βk = 0
H1
: paling
sedikit salah satu nilai βk
≠ 0, dengan k = 1, 2, ...,K
Statistik uji F dihitung dengan formula
sebagai berikut:
(68)
di mana R2
adalah koefisien determinasi pada model terpilih, K adalah
jumlah parameter tanpa intersep, N adalah jumlah individu (cross-section), dan T adalah
jumlah periode waktu.
Hipotesis null ditolak jika F-hitung > 𝐹𝛼;(N+K−1,NT–N−K) yang berarti bahwa minimal ada satu
variabel penjelas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (tidak
bebas). Keputusan ini dapat juga didasarkan pada perbandingan nilai p-value
dengan taraf uji (𝛼).
Hipotesis nul ditolak jika nilai p-value lebih kecil dari taraf uji (𝛼).
3.
Uji koefisien regresi secara
parsial (uji t)
Menurut Neter, et al (1989, hal.
243), uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel penjelas secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebasnya (variabel dependen).
Hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0 : βk
= 0
H1
: βk ≠ 0; k=1,2,..,K
Statistik uji yang digunakan adalah
statistik uji t. Adapun formulanya adalah sebagai berikut:
(69)
di
mana,
adalah nilai penduga parameter ke-k
adalah
simpangan dari nilai penduga parameter ke-k.
Hipotesis
null ditolak jika t-hitung > 𝑡𝛼/2;(NT−N−K). Keputusan
ini dapat juga didasarkan pada perbandingan nilai p-value dengan taraf
uji (𝛼).
Hipotesis null ditolak jika nilai p-value lebih kecil dari taraf uji (𝛼). Hal ini berarti secara parsial
variabel bebas ke-k signifikan memengaruhi variabel tidak bebasnya
dengan tingkat kepercayaan sebesar (1 − 𝛼) × 100
persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar